Jangan sembarangan mengakses situs porno.
Seorang pengamat keamanan mobile mengungkapkan peretas amatir bisa
dengan mudah mengakses sejarah penjelajahan konten porno yang diakses
seseorang.
Peringatan ini diungkap oleh teknisi software, Brett Thomas, dalam blog pribadinya. Thomas mengungkapkan jika sebuah perangkat browser selalu menyimpan daftar penjelajahan penggunanya, meski 'history' dinonaktifkan.
"Jika kamu menonton porno secara online, tahun ini dan tahun ke depannya, meskipun tidak menyalakan fitur perekaman 'data penjelajahan', tetap saja peretas bisa mengetahuinya dan mampu mempublikasikannya, lengkap dengan nama Anda terpapar di sana," ujar Thomas, seperti dikutip dari Metro.co.uk, Selasa, 20 Oktober 2015.
Menurut dia, siapa saja, bahkan bukan peretas sekalipun, bisa memposting informasi orang lain ke dunia maya, hanya berbekal alamat email atau nama Facebook. Dari situ bisa terlihat sejarah penjelajahan konten porno yang pernah diakses.
"Yang dibutuhkan hanya dua data nominal yang bisa diambil melalui pelanggaran, dan seorang remaja tanggung yang ingin sekedar menciptakan kekacauan. Ini artinya, krisis privasi akan dimulai tahun ini," ujar Thomas.
Akibat krisis privasi itu, kata Thomas, para pengguna internet harus bersiap malu karena data personal mereka akan dengan mudah terpapar, dan siapapun bisa mengaksesnya.
"Hebatnya, jika peretas memiliki akses login ke satu situs yang menggunakan nama anda, tidak harus situs porno, lalu melihat sejarah bahwa anda pernah mengunjungi satu situs porno tertentu, semua akan terbongkar. Daftar akses konten porno itu akan terlihat jelas," papar Thomas.
Diungkap Thomas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pengguna agar berpikir dua kali sebelum mengakses situs porno.
Pertama adalah jejak penjelajahan di browser yang cukup unik dan bisa dilihat meskipun anda mengaksesnya sembunyi-sembunyi dan tanpa supercookies.
Kedua, pengguna internet memiliki identitas global yang didapat dari alamat IP. Meski alamat IP disembunyikan namun perlindungan tetap tidak sempurna.
Pemiliki website memiliki teknologi untuk mengetahui profil pengunjung. Data yang dikumpulkan ini cukup untuk dijadikan sebagai dasar penilaian dalam memberikan pelayanan ke depannya. Ini merupakan hal yang ketiga.
Terakhir adalah proses peretasan yang 'tanpa suara'. Para peretas bekerja secara diam-diam, bahkan bisa bersarang cukup lama sampai waktu yang tepat untuk melancarkan serangan. Bahkan teknologi peretasan makin lama semakin maju. (ren)
Peringatan ini diungkap oleh teknisi software, Brett Thomas, dalam blog pribadinya. Thomas mengungkapkan jika sebuah perangkat browser selalu menyimpan daftar penjelajahan penggunanya, meski 'history' dinonaktifkan.
"Jika kamu menonton porno secara online, tahun ini dan tahun ke depannya, meskipun tidak menyalakan fitur perekaman 'data penjelajahan', tetap saja peretas bisa mengetahuinya dan mampu mempublikasikannya, lengkap dengan nama Anda terpapar di sana," ujar Thomas, seperti dikutip dari Metro.co.uk, Selasa, 20 Oktober 2015.
Menurut dia, siapa saja, bahkan bukan peretas sekalipun, bisa memposting informasi orang lain ke dunia maya, hanya berbekal alamat email atau nama Facebook. Dari situ bisa terlihat sejarah penjelajahan konten porno yang pernah diakses.
"Yang dibutuhkan hanya dua data nominal yang bisa diambil melalui pelanggaran, dan seorang remaja tanggung yang ingin sekedar menciptakan kekacauan. Ini artinya, krisis privasi akan dimulai tahun ini," ujar Thomas.
Akibat krisis privasi itu, kata Thomas, para pengguna internet harus bersiap malu karena data personal mereka akan dengan mudah terpapar, dan siapapun bisa mengaksesnya.
"Hebatnya, jika peretas memiliki akses login ke satu situs yang menggunakan nama anda, tidak harus situs porno, lalu melihat sejarah bahwa anda pernah mengunjungi satu situs porno tertentu, semua akan terbongkar. Daftar akses konten porno itu akan terlihat jelas," papar Thomas.
Diungkap Thomas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pengguna agar berpikir dua kali sebelum mengakses situs porno.
Pertama adalah jejak penjelajahan di browser yang cukup unik dan bisa dilihat meskipun anda mengaksesnya sembunyi-sembunyi dan tanpa supercookies.
Kedua, pengguna internet memiliki identitas global yang didapat dari alamat IP. Meski alamat IP disembunyikan namun perlindungan tetap tidak sempurna.
Pemiliki website memiliki teknologi untuk mengetahui profil pengunjung. Data yang dikumpulkan ini cukup untuk dijadikan sebagai dasar penilaian dalam memberikan pelayanan ke depannya. Ini merupakan hal yang ketiga.
Terakhir adalah proses peretasan yang 'tanpa suara'. Para peretas bekerja secara diam-diam, bahkan bisa bersarang cukup lama sampai waktu yang tepat untuk melancarkan serangan. Bahkan teknologi peretasan makin lama semakin maju. (ren)
Sumber: VIVA